Kadang seru juga traveling tanpa perencanaan, apalagi ini menyusuri Salzburg, kota sejuta wisatawan.
Terbawa oleh suasana dalam film The Sound of Music, tadinya saya membayangkan Salzburg adalah kota Austria yang masih ‘kuno’ seperti dalam film itu. Saya lupa kalau film itu dibuat tahun 1965, bahkan sebelum saya lahir. Pastilah keadaan Salzburg sekarang jauh berbeda. Tapi mudah-mudahan saja lokasi syuting film itu masih ada, dan saya bisa mengunjunginya dalam lawatan mendadak setengah hari ini.
Dan benar saja. Stasiun keretanya yang saya kira masih kuno, ternyata sudah modern, bertingkat dua, dan seperti masih baru. Keluar dari kereta yang membawa saya 2 jam lalu dari Munich, saya segera turun ke lantai dasar, mencari info jadwal kereta pulang ke Munich, dan juga info cara ke Hotel Sacher, misi utama saya ke Salzburg hari ini.
Ya, sebenarnya saya memang tidak berencana ke Salzburg. Tiga hari terakhir ini saya menginap di rumah teman lama saya Ditta di Munich, Jerman, setelah sebelumnya liputan selama lima hari di Swiss. Tapi karena mendadak seorang teman lain di Jakarta menodong saya untuk membelikan Sacher Torte, sebuah sponge cake khas buatan Hotel Sacher, maka saya pun ke Salzburg. Teman saya itu, Arlita, pernah ke Vienna, dan tergila-gila dengan kue itu. Untungnya saya cukup ke Salzburg saja yang lebih dekat dari Munich, karena Hotel Sacher juga ada di kota ini. “Ayolah, belikan aku dua Sacher Torte yang ukuran besar,” pinta Arlita. “Nanti aku ganti uang jalannya 100 euro.”
Dengan membeli Bayern Ticket, yakni tiket kereta diskon untuk bepergian ke kota-kota Jerman dan kota-kota negara tetangga termasuk Salzburg, saya hanya perlu bayar 22 euro untuk tiket pergi-pulang Munich-Salzburg. Syaratnya, tiket itu hanya berlaku dari jam 9 pagi sampai jam 3 pagi berikutnya. Jadi kalau saya tidak menginap, sisa uang jalan itu masih cukuplah untuk lain-lainnya. Jadi saya pun berangkat ke Salzburg dengan kereta pukul 8.48 pagi dari Munich.
Kota Ramah Pejalan Kaki
Saya mampir ke bagian Train Information Salzburg dan petugasnya memberi selembar brosur jadwal perjalanan kereta. Hmm, dari Salzburg ke Munich ada kereta setiap jam, dan saya lihat ada kereta pukul 18.02, 18.09, 19.09, dan 20.09. Sepertinya saya akan memilih yang 18.09 atau 19.09 saja supaya nanti sampai Munich tidak terlalu malam.
Mampir ke Tourist Information di ruang sebelahnya, si ibu petugas menyobek selembar peta kota begitu saya menanyakan bagaimana cara ke Hotel Sacher. Tangannya dengan cepat membuat garis dengan ballpoint di peta dan memberi tanda silang. “Di sini,” katanya. “Kalau jalan kaki sekitar 15 menit.” Dia menunjukkan lagi satu titik tak jauh dari hotel, ketika saya menanyakan di mana bisa menyewa sepeda. “Tapi saya tak yakin penyewaan sepedanya buka atau tidak.”
Seru banget perjalanannnya.
Seru, ngos-ngosan, keringetan, bahu pegel, hahaha!
Koq saya jadi serasa berada disana yaaa…ruar biasa nih cerita Mas Teguh lengkap dan menggambarkan banget suasana disana jadi pengen ke Jerman hehe.
Saya pernah ke Viena tahun lalu jalan ke gereja St.Joseph keliling² mall sekitar sana beli parfum Lush sampai sekarang masih aweeet 😀😀😀
Memang waktu jalan-jalan ke Salzburg itu seru banget. Hampir semuanya pake jalan kaki, sampai ngos-ngosan dan kringetan juga karena mesti naik bukit ke benteng. 😂
Tapi worth it banget apalagi karena dikasih uang saku buat beli Sacher Torte. 🤩🤩
Parfum malah lupa, padahal itu favoritku jg kalo ke mana-mana oleh-olehnya parfum terutama yang travel size.
Duh wish list banget ini sih. Eropa tuh memang gampang banget bikin jatuh cinta ya Mas. Ya bangunannya, ya makanannya. Semua sepertinya perfect buat direkam kamera.
Saya loh takjub banget dengan signage besi (plang nama) toko-toko yang ada di jalan Getreidegasse. Sudahlah estetik, kombinasi warnanya juga vintage dan estetik banget. Saya mendadak dejavu pernah menemukan hal yang sama saat di Budapest. MashaAllah kenangan yang gak bakalan dilupakan sepanjang usia.
Waah di Budapest begitu juga ya plang tokonya?
Kalo jalan-jalan ke kota-kota di yurep ini kayaknya memang enak nongkrong di pinggir jalan yang antik gini sambil ngopi & ngemil kue lokal sambil liatin orang-orang pada lewat. Udah gitu aja nggak perlu ngos-ngosan naik bukit ke benteng. 😂😂