Tadinya kami mengira ini kubah penangkaran kupu-kupu seperti yang ada di dalam kompleks taman rekreasi. Tadi kami melongok sebentar ke sana tapi kupu-kupunya sepertinya malas terbang karena cuaca yang mendung. Jadi kami hampir saja melewatkan untuk melihat kubah yang ini.
Seorang penjaga dengan sebuah galah kayu panjang memandu kami untuk mencari hewan-hewan imut itu. Mereka bersembunyi di balik dedaunan di pohon-pohon yang mirip pohon mangga namun daunnya bertotol-totol kuning. Segera kemudian Mayumi memekik begitu melihat seekor tarsius bertengger di salah satu batang pohon.
Ternyata memang hewannya kecil saja, segenggaman tangan. Beratnya cuma sekitar 120 gram. Bulunya cokelat kusam dan berekor panjang tanpa bulu seperti tikus, menjuntai ke bawah sekitar 25 cm. Kaki belakang tarsius ini panjang sekali, dan bersama dua kaki depannya menggenggam erat batang pohon. Tampaklah jari-jari kakinya yang mirip jari katak daun.
Tapi kedua matanya sangat besar dan menonjol itu yang membuat saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Mata yang super-belo itu begitu innocent dan berbinar, seperti layaknya mata anak kecil yang sedang memegang erat mainan kesayangannya. Ukuran masing-masing mata itu konon malah lebih besar dari otak si hewan imut ini. Kepala tarsius juga bisa berputar 180 derajat, meski kami sekarang tidak melihat tarsius itu melakukan ‘demo’. Sang tarsius hanya menempel diam di batang pohon, dan hanya sedikit memalingkan pandangannya. Memang, tarsius ini hewan nokturnal yang hanya aktif di malam hari saat mereka mencari makanan.
Setengah jam di dalam kubah ini, kami bisa menemukan enam ekor tarsius yang tersembunyi di kerimbunan daun. Sang penjaga sempat menawari kami untuk memegangnya, tapi kami menolak, takut membuat si imut ini stres.
Dari informasi yang saya baca, tarsius Pulau Bohol (Tarsius fraterculus) ini merupakan salah satu dari tiga jenis tarsius endemik yang ada di Filipina. Dua lainnya adalah T. philippensis di Pulau Samar dan Pulau Leyte, serta T. carbonarius di Pulau Mindanao. Tarsius-tarsius ini memiliki kemiripan dengan yang ada di Sumatra dan Kalimantan (Tarsius bancanus) maupun Sulawesi (Tarsius pumilus, T. spectrum, dan T. dianae). Konon Tarsius pumilus di Sulawesi-lah yang ukuran badannya paling kecil. Bisa dibayangkan betapa imutnya tarsius itu, kalau yang ini saja sudah kecil sekali.
Lebih Banyak Lagi Cokelatnya!
Kami melanjutkan perjalanan ke timur, dan sekitar 20 km kemudian, setelah melewati kota kecil Carmen, kami sampai lagi di area di mana di kanan kami bertebaran lagi bukit-bukit kecil mengerucut. Jalanan mulai menanjak lagi, yang sebenarnya kami sedang menanjak salah satu dari bukit cokelat itu. Sesampai di tempat parkir yang ada di puncak bukit yang lebih kecil dan rata, kami masih harus menapaki dulu 214 anak tangga untuk sampai ke puncak bukit yang menjadi menara pandang.