Kawah Ratu Gunung Salak
Indonesia, Journey

Jalan Panjang ke Kawah Ratu

Di area Kawah Ratu yang lebih tinggi ternyata ada 3 mahasiswa pecinta alam dari Universitas Mercu Buana Jakarta yang sudah lebih dulu sampai. Mereka, Adit, Rudi dan Fajar, berangkat dari titik awal yang sama pukul 7 pagi, sampai di sini pukul 9, alias 2 jam. Sedangkan kami bertiga, berangkat pukul 3.45 pagi, sampai di sini pukul 9.30, alias 5 jam 45 menit! Untunglah mereka membawa korek api, jadi Boy bisa memasak mi instan dan membuat coffee mix panas.

Tapi, by the way, mengapa tadi mereka tidak melihat kami –atau sebaliknya, kami tidak melihat mereka– di area kemping sewaktu kami tersesat? Padahal kan letaknya tidak jauh dari jalur treking. Jangan-jangan benar kata orang, kalau Gunung Salak ini penuh dengan aura mistis, yang bisa saja ‘membutakan’ atau ‘menulikan’ kami sehingga tersesat. Aduh, jangan deh. Ampuun Ibunda Ratu. Mohon dimaafkan kalau kami ini lancang dan mungkin tadi tidak permisi dulu.

Air Asam dan Sungai Tawar

Kawah Ratu ini aktif sekali dan seperti tak henti mengeluarkan asap putih. Bau belerang tidak terlalu menyengat, mungkin karena asapnya lebih banyak terbawa angin ke atas. Namun di sini ada juga peringatan untuk tidak duduk atau jongkok lebih dari 3 menit, khawatir kalau-kalau ada gas belerang atau gas beracun lain yang terhirup dan membuat lemas.

Papan peringatan di Kawah Ratu Gunung Salak

Peringatan kepada para pengunjung agar tidak jongkok atau duduk lebih dari 3 menit.

Sebuah aliran air kecil mengalir dari celah-celah sumber asap yang paling dekat dengan saya, dan setelah saya cicipi, airnya hangat dan berasa asam. Maklumlah, air ini melalui batu-batuan kapur dan belerang. Aliran air ini terus menuju lembah, menyatu dengan aliran air yang lebih besar, yakni Sungai Cikaluwung. Sungai yang bersumber dari puncak Gunung Salak ini seperti membelah kawah dari kiri ke kanan, dengan sisi depan yang dekat dengan saya berupa dataran berbatu-batu, sementara di belakang sana berupa bukit-bukit vertikal dengan asap putih yang lebih tebal. Namun uniknya, air di sungai yang dasarnya putih ini dingin dan tawar segar, tidak bercampur belerang.

Sepertinya asyik juga berendam di sungai ini, karena di beberapa bagian yang berbatu-batu terlihat dangkal, setinggi kurang dari selutut. Namun karena cuaca makin mendung dan mulai gerimis kecil-kecil, kami pun memutuskan untuk pulang.

Berfoto-foto di Kawah Ratu Gunung Salak

Reward buat diri-sendiri setelah tersesat berjam-jam.

Pukul 12.10, kami dan tiga teman baru itu pun kembali menyusuri jalur treking. Rai dan Boy berjalan dengan langkah-langkahnya yang cepat sehingga saya pun tertinggal (lagi). Untunglah tiga teman baru itu mau menunggu saya yang tertatih-tatih karena jari-jari kaki mulai sakit akibat menahan berat badan agar tidak terpeleset di jalur trek yang kini becek dan licin tersiram hujan. Malah mereka memberikan juga biskuitnya untuk mengisi perut saya yang mulai keroncongan.

Standard

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *