
Siapkan tripod dan abadikan Lawang Sewu dari Tugu Muda saat blue hour.
Namun kini Lawang Sewu sudah dibenahi dan menjadi salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi. Buka setiap hari dari pukul 7 pagi hingga 9 malam, untuk masuk dan melihat-lihat serta berfoto-foto sepuasnya, pengunjung hanya dipungut biaya Rp 20.000. Tapi kalau mau ikut tur underground berpemandu, menyusuri bagian basemen gedung yang sengaja dibuat gelap gulita dan tergenang air, kita cukup menambah Rp 20.000 lagi. Di basemen inilah terdapat ruang-ruang berpendingin air, serta berbagai ruangan yang dulu dipakai tentara Jepang untuk menyiksa para tawanan. Kalau ikut tur ini menjelang magrib, bisa dipastikan bulu kuduk bakal berdiri. Hiih!
Sayangnya tur underground ini sekarang sudah tidak ada lagi karena bagian basemen ini tengah direnovasi. Mudah-mudahan segera dibuka kembali ya. Tapi yang jangan sampai lupa, kunjungi juga museum sejarah kereta api yang ada di lantai 1 gedung utama, dan jendela-jendela kaca patri berhias mozaik Belanda yang ada di tangga menuju lantai dua, di atas museum ini.
Waktu terbaik berkunjung:
Pagi pukul 09.00-10.00, atau sore pukul 17.00-19.00
3. Gereja Blenduk, Primadona Kota Tua
Gereja yang juga menjadi landmark Semarang ini terdapat di Kawasan Kota Tua, tak jauh dari Stasiun Kereta Api Tawang, Jembatan Mberok, Kantor Pos Pusat, dan Titik Nol Kilometer Semarang. Ini adalah Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah, yang dibangun tahun 1753. Gereja yang nama resminya Gereja GPIB Immanuel ini mempunyai dinding bercat putih dan kubah warna merah yang mblenduk (menggembung), serta dua buah menara jam. Di dalam ruang ibadahnya terdapat orgel besar bergaya Barok yang masih berfungsi, dengan pipa-pipanya yang banyak dan dipasang di dinding.

Datanglah saat pagi sekitar pukul 7 dan potret kubah utama Gereja Blenduk ini dari taman di sampingnya.
Di samping gereja ini ada sebuah taman yang rimbun dan asyik untuk berfoto-foto. Di kawasan ini juga banyak terdapat gedung tua lain. Salah satunya Gedung Marabunta, dengan dua buah patung semut raksasa di atasnya. Gedung ini masih dipakai untuk resepsi pernikahan. Tak jauh dari sini, tepatnya di Jalan Cenderawasih No. 14 terdapat toko Wingko Babad Cap Kereta Api. Wingko adalah kue ketan panggang khas Semarang, yang diolah dengan gula dan kelapa, berbentuk bulat pipih.
Paling menyenangkan mengunjungi Gereja Blenduk ini di pagi hari. Saat langit biru cerah dan jalan di depannya ramai orang-orang berjalan menuju tempat kerja, ditingkahi para tukang becak yang membawa penumpang mbok-mbok pedagang pasar, suasananya seperti membawa kita kembali ke zaman kolonial dulu.
Waktu terbaik berkunjung:
Pagi pukul 07.00-09.00
4. Mengenang Cheng Ho di Kelenteng Sam Poo Kong
Terletak di daerah Simongan, di tepi Sungai Banjirkanal Barat, kelenteng ini tak hanya menjadi tempat ziarah wisatawan lokal namun juga wisatawan mancanegara, khususnya dari China. Tak lain karena konon dulu di sinilah Laksamana Cheng Ho, seorang laksamana muslim dari Dinasti Ming di China, singgah dalam lawatannya keliling dunia.

Lihat besarnya patung sang laksamana dibandingkan dengan tinggi pengunjung.
Ada tiga bangunan utama bergaya China dan didominasi warna merah di sini. Lalu cungkup makam para pembantu Sang Laksamana, juga sebuah gerbang merah dan patung Laksamana Cheng Ho yang tinggi dan besar. Kompleks kelenteng ini juga populer disebut Gedong Batu, karena ada sebuah gua batu tempat bersembahyang di belakang dinding mural kelenteng. Coba deh masuk ke sini. Suasananya temaram, sejuk, dan sangat cocok untuk bermeditasi.

Sehari menjadi kaisar dan permaisuri di Kelenteng Sam Poo Kong.
Untuk masuk ke kompleks yang buka dari pagi hingga malam ini pengunjung cukup membayar Rp 10.000 (weekdays) atau Rp 15.000 (weekend), dan menambah Rp 20.000 kalau hendak ke area sembahyang, menikmati mural-mural tentang Laksamana Cheng Ho, dan ke gua batu tadi. Tersedia juga penyewaan kostum tradisional China. Dengan membayar sekitar Rp 65.000 -sudah termasuk tiket masuk- kita bisa berfoto-foto dan bergaya ala kaisar dan permaisuri Dinasti Ming.
Waktu terbaik berkunjung:
Pagi pukul 09.00-10.00
5. Kelenteng Berbaris di Kawasan Semawis
Semarang mempunyai Pecinan yang lebih populer disebut Kawasan Semawis. Letaknya berdampingan dengan kawasan muslim Pekojan. Akses masuknya paling mudah dari Jalan Wahid Hasyim.
Jalan-jalan utama di Semawis mempunyai nama yang unik, seperti Jalan Gang Baru, Jalan Gang Pinggir, Jalan Gang Lombok, Jalan Gang Ciut, Jalan Wotgandul, dan sebagainya. Setiap jalan di kawasan ini mempunyai kelenteng. Jadi ke mana pun berbelok, kita akan melihat kelenteng. Yang paling tua dan paling besar adalah Kelenteng Tay Kak Sie di Jalan Gang Lombok, yang dibangun tahun 1746. Awalnya kelenteng ini ditujukan untuk memuja Dewi Kwan Im, namun kemudian berkembang untuk pemujaan dewa-dewa lainnya.

Pengurus sebuah kelenteng di Kawasan Semawis sedang membersihkan patung dewa-dewa, bersiap menyambut Imlek.
Semoga saya bisa balik lagi kesini. September ke Semarang cuma selfi2 gak jelas. Makasih infonya
Hahaha, selfie-selfie ya bagus laah. Ini juga tulisan dari berkunjung berkali-kali ke Semarang, jadi memang nggak cukup kalau cuma sekali doang. 😅