5. Curug Orok dan Sanghyang Taraje
Dari jalan utama sebelum masuk ke kawasan wisata Gunung Papandayan, kalau kita membelok ke kiri, maka sekitar 17 km kemudian, sampailah di pintu masuk Curug Orok, yang tersembunyi di area perkebunan teh PT Perkebunan Nusantara VIII, masuk ke kiri sekitar 200 meter dari jalan raya. Tidak sulit mencapai air terjun ini, karena telah disediakan undak-undakan dari tanah maupun beton. Namun, meski cantik dan ada beberapa air terjun, air terjunnya sendiri tidaklah besar. Kalau mau yang lebih besar dan spektakuler, teruskan perjalanan hingga pertigaan Pakenjeng, lalu membelok ke kanan sekitar 10 km lagi menuju Curug Sanghyang Taraje, tak jauh dari kantor Kecamatan Pamulihan.
Dinamakan Sanghyang Taraje (taraje = tangga) karena air terjun itu terdiri dari dua aliran air yang bersisian, dan dinding batu di antara keduanya berlapis-lapis seperti membentuk anak tangga. Cuma kalau musim hujan dan debit airnya sangat deras, lapisan batu itu tidak terlihat. Tinggi air terjunnya sekitar 75 meter, dengan suaranya yang menggemuruh. Kolam air di bawahnya konon sampai 30 meter, jadi jarang yang berani berenang di sini. Tapi menikmati gemuruh curug ini dari saung di dekatnya saja sungguh mengesankan.
Saat hendak pulang, kita akan mendengar lagi suara gemuruh air terjun di kiri jalan. Memang masih ada dua lagi air terjun di sini, namanya Curug Utang dan Curung Sanghyang Santen. Tapi trekking menuju ke kedua curug ini sangat sulit karena harus menyusuri pinggir jurang. Jadi buat yang sudah berpengalaman dan punya nyali saja yang boleh ke sini.
6. Mulih ka Desa
Dari kota Garut menuju ke barat melalui Jalan Raya Samarang (bukan Semarang), kita mesti mampir ke Mulih ka Desa, yang punya motto ‘Makan dan Tidur di Sawah’. Resto yang terletak di jalan menuju resor Kampung Sampireun ini di awal berdirinya tahun 2005 hanya menyediakan saung-saung makan. Namun sejak tahun 2007 sudah ditambah dengan vila-vila untuk menginap. Saung-saung makannya ada di atas kolam ikan, sedangkan vila-vila bambunya benar-benar berada di tengah sawah.
Di samping saung, ada kolam lumpur yang biasa dijadikan ajang tarik tambang kalau sedang ada kegiatan outbound, ataupun tempat anak belajar membajak sawah dengan kerbau. Ada pula kolam pancing, tanah lapang untuk bermain egrang, serta kebun sayur-sayuran organik.
Setiap malam, ada petugas ronda yang berkeliling membawa kentongan dan radio kuno. Lalu pagi-pagi, setelah sarapan, para tamu akan diberi alat untuk memancing belut. Anak-anak bisa ikut menanam padi, membajak sawah dengan kerbau, dan melihat-lihat proses masak di dapur, yang semuanya dilakukan dengan peralatan tradisional orang desa. Nggak heran kalau di akhir pekan resto ini selalu penuh pengunjung.
7. Kampung Sampireun
Kalau Kampung Sampireun, pastinya sudah tidak perlu diragukan lagi. Anthony Bourdain saja, si host acara travel No Reservations, pernah menginap di sini. Yang jelas, kesan pertama begitu memasuki resor di ketinggian 1.000 meter ini, adeeem banget! Maklum, selain letaknya di ketinggian, resor ini asri banget oleh pohon-pohon pinus dan bambu, dan di tengah resor ada Situ Sampireun yang berair hijau dengan ikan-ikannya yang tak henti berseliweran. Mengelilingi danau ini ada 22 bungalow bergaya panggung, mulai dari yang satu kamar hingga tiga kamar. Kalau pas ke sini buat honeymoon, jangan lewatkan untuk floating candle light dinner di rakit khusus di tengah danau.
Setiap pukul 20.30 malam, staf resor akan mengunjungi vila satu-persatu memakai perahu untuk menawarkan minuman dan cemilan khas sunda. Begitu pula saat sarapan pagi. Bagi penggila spa, jangan lewatkan treatment Royal Heritage Spa yang ada di sudut resor, di dekat kolam renang.
8. Kawah Kamojang & Darajat
Sekitar 30 menit berkendara ke barat laut dari Kampung Sampireun, kita akan sampai ke kawasan Kawah Kamojang. Di kanan-kiri banyak bangunan pembangkit listrik, dengan pipa-pipa gasnya yang berukuran besar. Kawasan ini memang pusat pembangkit tenaga panas bumi, yang pertama di Indonesia malah, dan sudah beroperasi sejak zaman Belanda. Agak jauh di kompleks ini ada jalan menuju lokasi wisata Kawah Kamojang, meski perlu tanya-tanya ke orang karena petunjuk jalannya kurang jelas.
Sebelum masuk pos tiketnya kita sudah disuguhi beberapa kolam kawah yang mengepul. Dengan berjalan kaki dari tempat parkir, sudah kedengaran dari jauh suara bising seperti kereta api uap. Tak lain, ini suara dari Kawah Kereta Api, primadona di kawasan ini. Asap putih menyembur terus-menerus dari bekas sumur panas bumi ini. Tak jauh dari sini ada Kawah Hujan, dengan semburan gas dan air panas bergolak dan memercik dari beberapa lubang kawah di tanah. Buat yang suka sensasi mandi air panas, bisa mencoba di sini. Sebenarnya total ada 23 kawah, namun yang asyik dinikmati dan juga gampang dijangkau hanya kawah-kawah ini saja.
Kalau mau sekalian pulang ke Jakarta, tidak perlu balik lagi ke kota Garut. Cukup meneruskan perjalanan dari Kawah Kamojang ini, nanti akan sampai ke Majalaya, dan ujung-ujungnya akan sampai ke pintu tol Muhammad Toha atau Buah Batu, Bandung.
Tapi kalau Kawah Kamojang ini dirasa terlalu jauh, kita bisa mengunjungi Kawah Darajat, yang ada di di Desa Karyamekar, Kecamatan Pasirwangi. Lokasinya dari Kampung Sampireun ke barat kira-kira 30 menit berkendara. Kalau di Kawah Kamojang kita tidak bisa mandi, di Kawah Darajat justru bisa mandi air hangat belerang sepuasnya karena sumber air panas di sini dibuat kolam-kolam pemandian umum seperti di Cipanas.
Jadi, lebih suka ngeblog apa ngevlog? 🙂
Lebih suka ngopiiiii! (Sama makan tongseng)
Ya ampun. Itu jaket-jaket kulitnya menggoda sekali. Pengen deh beli satu. Belum punya satupun jaket kulit buat dipakai.
Iya, jaketnya keren-keren dan bisa minta dibikin custom. Begitu juga sepatu-sepatu, dompet, dan tas kulitnya. Keren-keren semua.