Menjelajah Beijing dengan subway ternyata seru dan banyak drama.
Matahari bersinar cerah di Senin pagi itu, tapi tak bisa juga mengurangi rasa dingin yang tiba-tiba menyergap begitu keluar dari hotel Furama Xpress. Beberapa orang berjalan menuju kantor dengan tergesa-gesa, semuanya memakai jas panjang hingga ke lutut, memakai sarung tangan, tutup kepala, dan syal yang melingkari leher. Meski mereka penduduk Beijing, tampaknya tidak tahan juga dengan suhu pagi yang mencapai 7 derajat celsius ini.
Saya berjalan cepat ke arah kanan dari hotel, menyusuri jalan pinggir Sungai Liang Ma yang kering, untuk mencari jembatan supaya bisa menyeberang ke Lufthansa Center. Di depan mal baru ini ada stasiun subway Liang Ma Qiao, yang dari situ saya bisa menjelajah ke segala arah Beijing.
Berbekal kamera poket dan buku kecil Top 10 Beijing yang mempunyai peta jalur subway (sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Penerbit Erlangga), tujuan saya pagi ini adalah ke Forbidden City, yang terletak tak jauh dari stasiun subway Tiananmen Timur dan Tiananmen Barat, di Jalur Subway 1. Kemarin saya hanya sampai di lapangannya saja, jadi menggunakan waktu sisa sebelum check out dari hotel, saya menyempatkan diri untuk meneruskan kunjungan kemarin itu, sekalian mencoba subway Beijing.
Naik Subway Cuma 2 Yuan
Untuk ke Forbidden City dari Liang Ma Qiao yang ada di Jalur Subway 10, saya mesti ke Guomao dulu, stasiun pertemuan Jalur 1 dan 10, lalu pindah kereta menuju Tiananmen Timur/Barat. Ada 9 jalur subway yang saling berhubungan di Beijing, salah satunya jalur ekspres menuju bandara dari stasiun San Yuan Qiao (Jalur 10) dan Dong Zhi Men (Jalur 13). Dibanding Bangkok yang hanya punya 1 jalur subway yang terhubung dengan 2 jalur skytrain, subway Beijing ini sudah lebih maju. Subway Beijing juga lebih mudah, tinggal membeli tiket magnetik seharga 2 yuan (Rp 2.600) di loket. Tidak perlu beli tiket lagi jika kita pindah jalur ke-7 jalur subway lain, kecuali kalau mau pindah ke jalur ekspres menuju bandara, yang mesti bayar lagi 25 yuan sekali jalan.
Saya sempat keliru memilih jalur ke Bagou, yang berlawanan arah dengan Guomao. Untungnya begitu hendak sampai di stasiun berikutnya, garis lampu hijau yang ada di atas pintu kereta –yang menunjukkan arah jalan kereta– menyadarkan saya. Tidak usah panik, tinggal keluar dari kereta, lalu naik kereta dari jalur sebaliknya. Saat suhu dingin seperti ini, stasiun dan kereta subway adalah tempat paling nyaman untuk menghangatkan diri, meskipun tak ada penjual makanan atau kopi di sini. Dan tampaknya semua orang juga tidak ada yang makan atau minum.