Tapi, bagaimana Sujana tahu kalau buah salak itu sudah masak?
“Yang lebih pasti, kalau sudah ada buah salak yang jatuh, berarti satu tandan sudah masak. Jadi kalau panen langsung satu tandan.” Saat menjual ke pengepul, petani membawa salak-salak itu dalam bentuk gerumbul tandan, tidak dirontokkan. “Saat ditimbang, pengepul akan mengurangkan 5 kg per 40 kg salak,” tambah Sujana. “Sebab salak itu ditimbang bersama tandannya, yang nantinya akan dibuang.”
Yang lucu, salak yang jatuh atau rontok dari tandannya akan masuk golongan salak afkir (rejected). Satu keranjang besar salak afkir seberat 5 kg, harganya paling Rp 5.000. Pengepul menganggap salak ini sudah tidak segar lagi, meski pada kenyataannya, setelah menerima salak dalam bentuk tandan pun, mereka akan merontokkan salak-salak itu! Jadi, hambatan bagi para petani di sini adalah harga beli yang sepenuhnya ditentukan pengepul.
Tanaman Awet Muda
Salah satu alasan para petani tetap menanam salak adalah, salak merupakan tanaman yang awet muda. Setelah mulai berbuah –umumnya di usia 3,5-4 tahun– tanaman salak akan terus produktif sampai bertahun-tahun, bahkan bisa sampai 500 tahun!

Akar primer salak yang membuat salak awet muda.
“Sebabnya,” terang Sujana, “salak itu tanaman yang tidak pernah tua. Dia selalu melakukan peremajaan diri-sendiri karena mempunyai akar primer. Akar ini yang akan berfungsi mencari makanan untuk kehidupannya. Sementara yang akar sekunder, yakni akar pertama sewaktu ditanam, lama-lama akan lapuk dan mati.”

Buah salak yang telah mengalami penyerbukan.
Cara penanaman awal yang dilakukan umumnya dengan mengecambahkan biji salak. Meski beberapa tahun lalu pernah dikenalkan cara pencangkokan yang dapat mempersingkat umur berbuah menjadi 2,5-3 tahun, namun para petani tetap menyukai menanam dengan biji, karena lebih mudah dan bisa dalam jumlah banyak. Kalau dicangkok kadang bisa mengganggu proses berbuah pohon induk.

Seludang yang makin tak kuat menahan salak yang makin besar.
Berbeda dengan salak pondoh di Yogyakarta, yang mempunyai pohon ‘salak betina’ dan ‘salak jantan’ sehingga penyerbukannya memerlukan bantuan manusia, salak bali tidak demikian. Dalam satu seludang sudah ada serbuk sari dan kepala putik, jadi penyerbukan terjadi secara alami. Salak bali memerlukan waktu 6 bulan dari mulai berbunga sampai dipanen. Jadi, kalau tidak sedang musim, ya tidak ada buah. Sebaliknya kalau sedang musim, buah akan banyak sekali sehingga harganya turun.
Salacca Wine
Kami berjalan kaki lagi melewati kebun-kebun salak, dan sampai ke pabrik wine salak CV Dukuh Lestari, satu-satunya yang ada di Bali. Bangunannya sederhana, seperti rumah biasa, dan sepi karena sedang tidak berproduksi. Bangunan di depan merupakan gudang, dan pabriknya di belakang.