Penggila bola atau bukan, mari rasakan kemegahan Allianz Arena, stadion sepakbola milik juara enam kali Piala Champions.
Dari stasiun kereta Frottmaning, tempat yang akan saya tuju sudah terlihat: sebuah bangunan lebar berwarna putih dengan dindingnya yang bergaris-garis miring saling menyilang dan sedikit gembung. Tak salah lagi, inilah Allianz Arena, stadion sepakbola tempat bermain home (kandang) klub Bayern Muenchen dan juga TSV 1860. Namun saya masih harus berjalan kaki lagi sekitar 30 menit, melewati tempat parkir dan halaman depan yang luas, di tengah siang yang terik. Mestinya saya bisa datang lebih awal, namun hari ini ada pergantian arah jalan kereta, sehingga kereta U6 yang membawa saya dari Marienplatz di pusat kota Munich telat sampai ke sini.
Saya sampai keringatan dan ngos-ngosan ketika tiba di pagar jeruji besi dan palang cek pengunjung yang menjadi batas untuk masuk ke halaman dalam. Tidak ada penjaga satu pun di sini, hanya CCTV yang tersamar di dinding stadion. Oang-orang keluar-masuk dengan mudah, dan sepertinya semuanya menuju ke sisi timur. Dari peta di halaman depan tadi, pasti mereka akan menuju Blok H yang berisi toko suvenir, atau Blok L tempat dimulainya tur melihat-lihat stadion.
Hari sudah lewat pukul 1 siang. Berdasar informasi sebelumnya dari seorang teman di Munich, saya sudah telat karena tur berbahasa Inggris cuma ada pukul 1 siang. Tidak apa-apalah. Lagipula saya juga tidak akan dapat menemui para pemain Bayern Muenchen, karena mereka tidak sedang latihan atau bertanding. (Kemudian saya tahu, kalau ingin bertemu para pemain Bayern Muenchen, datanglah saat mereka bertanding di stadion ini, atau di markas utama mereka di Sabener Strasse).
Dinding Jaket Bulu Angsa
Terlindung dari matahari oleh struktur dinding stadion yang miring, sambil menuju Blok H saya tak henti mengagumi desain stadion yang mulai digunakan tahun 2005 in. Kalau dari jauh, stadion ini terlihat bulat melingkar, padahal sebenarnya persegi empat memanjang arah utara-selatan. Namun karena sudut-sudutnya melengkung smooth sehingga tampak seperti melingkar.
Dinding seperti kaca yang menggembung putih dengan garis-garis menyilang jajaran genjang itu kini tampak putih kusam karena tidak terkena sinar tahari. Kalau diperhatikan, desain dinding ini mirip dengan down jacket, yakni jaket bulu angsa yang biasa dipakai saat musim dingin. Cuma kalau diperhatikan lebih dekat, panel-panel penyusun dinding ini tidak menyambung tapi ada celah pemisah. Masing-masing panel diikatkan ke rangka penyokongnya dengan sekrup. Di balik dinding ini ada ruang kosong, lalu dinding dalam yang juga miring dan sebagian merupakan dinding kaca.