Pak Mul sudah mengontak Danton untuk menjemput kami dengan jip, dan ternyata Danton sudah menunggu kami di Lautan Pasir, di dekat tempat parkir dan penyewaan kuda.
“Saya dan Pak Kliwon akan jalan kaki ke sana. Pak Teguh dan Mas Donny sebaiknya naik ojek saja, soalnya jauh,” saran Pak Mul.

Longsoran di jalan raya menuju Penanjakan. Bayangin kalau harus turun jalan kaki dengan lutut yang sudah mau copot.
“Iya Pak, kami naik ojek saja,” jawab saya. Tadi saya mencoba berjalan kaki di jalan aspal yang menurun pun ternyata capek sekali. Bisa-bisa nanti saya tersungkur karena lutut sudah tidak punya tenaga lagi. Belum ditambah menyusuri Lautan Pasir sejauh kira-kira dua kilometer, dengan matahari di atas kepala. Bisa-bisa saya pingsan, hahaha! Saya dan Donny pun menyewa dua ojek, masing-masing membayar Rp 50.000 untuk diantar ke tempat parkir jip.
Akhirnya, sembari menunggu Pak Mul dan Pak Kliwon, saya dan Donny kini bisa meluruskan kaki sambil ngopi di tempat parkir ini, meski itu tak lama. Mendadak saja datang badai pasir dan saya pun sia-sia menutup gelas kopi saya, hahaha!

Badai debu yang merusak acara minum kopi.
Pak Mul dan Pak Kliwon datang berjalan kaki dengan wanita tadi, yang kini bersama anak perempuan dan suaminya, yang mendorong motor. Ternyata motornya mogok, padahal mereka mau ke Ranupani, yang masih satu jalur dengan arah kami pulang ke Ngadas. Ibu dan anak itu pun akhirnya ikut jip kami, sementara sang suami akan mencari bantuan di sini, siapa tahu ada yang bisa memperbaiki motornya.
Jip pun perlahan melaju, meninggalkan kepulan debu kemarau bulan Juli, yang makin lama makin mengaburkan pandangan kami ke pegunungan di barat sana yang tadi baru kami susuri…. [T]
Boks:
Menjelajah Bromo dari Ngadas
Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (TNBTS) bisa dicapai melalui Surabaya atau Malang. Saya lebih suka lewat Malang karena lebih dekat dan lebih cepat, serta banyak destinasi lain seperti candi, kebun apel, dan beberapa air terjun, yang bisa disinggahi di rute Malang-Ngadas ini.
Desa Ngadas terletak di sisi selatan Gunung Bromo, dengan pemandangan lepas ke arah Gunung Semeru. Belum ada hotel atau penginapan di sini, jadi pilihannya adalah menginap di rumah penduduk, misalnya di rumah Pak Mulyadi. Selain menyediakan kamar-kamar untuk menginap, keluarga beliau juga menyediakan makan, mempunyai jip dan motor yang bisa disewa untuk menjelajah kawasan TNBTS, dan juga menjadi pemandu.

Patahan bukit yang berlapis-lapis, dilihat dari sisi barat Gunung Bromo.
Untuk tarif menginap termasuk makan, juga tarif sewa jip, semuanya bisa dinegosiasikan. Biaya transportasi memang cukup mahal di kawasan ini. Dengan berwisata secara berombongan –misalnya 5 orang yang cukup untuk 1 jip– biaya traveling akan lebih murah. Pak Mulyadi dan putranya sangat berpengalaman sebagai pemandu dan bisa memberikan saran itinerary untuk menyesuaikan dengan keinginan dan lama waktu kunjungan. Kontak beliau melalui nomor 0812-3024-2304 atau 0812-4994-3394.