Gondola meluncur pelan, dengan kecepatan sekitar 3 meter per detik. Hutan hijau membentang di bawah. Di belakang, terlihat di kejauhan yacht-yacht ditambatkan di Telaga Harbour Park, lalu mulai terlihat Burau Bay dengan pantainya yang berwarna putih krem. Gondola melewati menara penyangga pertama dan penyangga kedua dengan mulus tanpa hentakan. Begitu melewati menara kedua, pemandangan gunung batu di depan pun terbentang luas, dengan Middle Station di salah satu puncaknya. Ada rasa kagum melihat bagaimana cable car ini bisa melintas hingga ke puncak gunung, tanpa ada jalan darat satu pun di bawahnya. Konon, ketika dibangun tahun 2003 dengan teknologi Austria, semua material dan peralatan diangkut dengan menggunakan helikopter-helikopter raksasa.

Pemandangan Burau Bay yang membiru dari Langkawi Cable Car.
Gondola terasa berjalan melambat dan menanjak, dan sesekali berdenyut-denyut. Jantung pun mulai berdebar kencang. Ternyata saya sudah sampai di bagian yang paling menegangkan, yakni antara menara kedua dan Middle Station. Lintasan ini merupakan bentangan yang paling panjang, 919,5
meter, dengan 608 meter di antaranya seperti nyaris vertikal. Padahal, jika sudut kenaikannya diukur dari awal perjalanan, gondola ini sebenarnya hanya menaik sekitar 42 derajat. “Ini belum seberapa ngeri. Coba nanti rasakan waktu pulang,” kata salah seorang penumpang yang kelihatannya sudah pernah naik.
Saya mencoba mengambil beberapa foto dan memandang ke sekeliling, untuk mengurangi ketegangan. Di sisi kanan, tampak air terjun Telaga Tujuh, di bawah rangkaian bukit, sebagian tertutup oleh kerimbunan hutan. Untunglah, perjalanan selama 10 ini kemudian berakhir di Middle Station.
Saya keluar dulu dari gondola, dan naik ke menara pandang yang ada di sisi kanan. Dari sini, kita bisa melihat ke segala arah. Angin dingin terasa menyapu tulang pipi, dan pemandangan dari ketinggian 652,5 meter dari atas permukaan laut ini sungguh menakjubkan. Selain bisa melihat Hanging Bridge dan Top Station di sisi barat, di sisi timur hampir seluruh Langkawi bisa terlihat, begitu juga pulau-pulau kecil di sisi selatan Pulau Langkawi.
Puas menikmati pemadangan dan udara sejuk, saya naik ke gondola lain, menuju Top Station. Stasiun ini ada di ketinggian 705 meter, di puncak Gunung Mat Cincang. Perjalanan kali ini relatif lebih mudah, karena hanya menempuh waktu sekitar 4 menit dan hanya menaik sekitar 55 meter dari Middle Station.
Batuan Cadas Tertua
Ada yang menarik dari Gunung Mat Cincang (Machinchang) ini. Menurut para ahli geologi, gunung ini dan rangkaian gunung di sisi barat-utara Langkawi, terbentuk di Era Kambrium, sekitar 520 juta tahun yang lalu, dan merupakan salah satu pembentukan geologis paling tua di Asia Tenggara. Pembentukan ini membentang dari Pantai Kok di sisi selatan Langkawi Barat, hingga ke Teluk Datai di Langkawi Barat Laut, yang merupakan lansekap paling cantik di Langkawi.