Indonesia, Journey

Kereta Api Hantu ke Sindangbarang

“Bukan, Mas. Mas turun dulu ke terowongan, menyeberang ke sisi sana!”

Oh Tuhannnn… kegilaan ini ternyata belum berakhir!

Secepat kilat saya membeli karcis di loket yang (perasaan saya) menghadap ke selatan. Tapi, whatever lah. Waktu saya sempit dan tak sempat mikir lagi, jadi saya bergegas turun ke terowongan yang remang-remang, dan cuek saja saat berpapasan dengan orang-orang. Apakah mereka orang-orang beneran atau jadi-jadian, yang penting saya berjalan cepat, jadi mereka nggak akan sempat mencekik saya.

Tiba di peron seberang, saya duduk. Perasaan ini ada di sisi timur, jadi seharusnya peron ini untuk kereta yang akan ke Jakarta. Tapi sudahlah, lihat saja nanti.

Fita menelepon, dan mengabarkan kalau nanti di Sindangbarang saya mesti menghubungi si A atau si B untuk urusan nginap. “Mas Teguh sudah sampai mana?” Saya hanya bisa menjawab, “Nanti ya, aku ceritain…” karena kereta keburu datang dan saya pun melompat naik.

Keretanya sejuk dan banyak kursi kosong karena penumpangnya hanya sedikit. Berdasarkan pengalaman aneh tadi, kini saya benar-benar waspada, dan mengamati satu per satu penumpang di depan saya. Ada seorang ibu tua memakai kerudung, di samping kanannya seorang lelaki berusia sekitar 40 tahun, lalu di samping kiri ibu tua tadi ada wanita berambut ikal dan berkontur wajah tipikal orang Ambon. Di samping kiri wanita ini ada seorang bocah lelaki berusia sekitar 6 tahun yang sedang tidur. Mungkin dia anak si wanita ikal itu.

Saya melakukan ghost check. Apakah kulit mereka semua pucat atau putih? Tidak, kecuali si ibu berkerudung itu, agak putih. Apakah kaki mereka mengambang di lantai? Tidak, kecuali si bocah lelaki itu. Tapi, mereka itu kok ya pada diam semua? Aduh, ampun. Masa sih, ada kereta api hantu di pagi bolong begini?

Terlalu confused, saya tak ingat apakah ada penumpang yang naik di Stasiun Depok Lama. (Kalau Anda belum pernah atau belum tahu jalur KRL ini, kalau dari Jakarta, Stasiun Depok Baru letaknya di UTARA atau sebelum Stasiun Depok Lama). Yang jelas, baru di Stasiun Bojonggede ada penumpang-penumpang baru yang naik, dan kereta mulai ramai oleh percakapan-percakapan. Saya pun menjadi sedikit lebih tenang.

Dan akhirnya…

Pukul 10:20, kereta melewati jalur yang di kanan-kirinya berupa tanggul-tanggul tinggi, lalu terdengar bunyi sirine di palang lintasan kereta api, yang menjadi ciri khas sebelum memasuki Stasiun Bogor. Saya pun menghirup udara bebas… Kali ini, saya benar-benar sampai di Stasiun KA Bogor yang asli!

Saya pun bergegas menuju sebuah warung di stasiun, dan memesan segelas kopi hitam. Hmm, benar-benar pagi yang sangat panjang! [T]

 

Catatan:

Saya akhirnya sampai di Sindangbarang pukul 11.30, dan rangkaian acara di hari itu sudah selesai. Sampai sekarang, misteri ‘kereta hantu’ itu tidak juga terpecahkan. Mana yang riil, mana yang ilusi atau halusinasi, saya tidak tahu. Biarlah, itu menjadi kenangan tak terlupakan buat saya. Mungkin ada hikmah atau pelajaran tersembunyi di balik peristiwa itu. Yang penting saya selamat, dan sekarang bisa menceritakan pengalaman ini.

Standard

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *