Air mancur Bassin dApollo yang sama persis dengan di Istana Versailles
Journey, Mancanegara

Decak Kagum di Chimei Museum

Setelah mengumpulkan berbagai benda koleksi selama 10 tahun, mimpi Wen akhirnya terwujud. Tahun 1992 ia mendirikan Chimei Museum di salah satu gedung di dalam kompleks industri Chi Mei miliknya. Tahun 2014, atas kerja sama dengan pemerintah kota Tainan, museum itu dipindahkan ke lokasi yang sekarang ini di Tainan Metropolitan Park, dan dibuka kembali untuk umum tahun 2015.

Antara Rodin dan Camille

Koleksi utama museum dua lantai ini adalah karya seni lukis, furnitur, patung, alat-alat musik, senjata, spesimen hewan, serta fosil. Total koleksinya lebih dari 12.000 benda, meski yang ditampilkan secara teratur sekitar 4.000 benda saja.

Koleksi hewan awetan di galeri Natural History and Fossils Chimei Museum

Koleksi hewan awetan di galeri Natural History and Fossils.

Di lantai satu, begitu memasuki area koleksi museum, patung-patung dewa Yunani dan Romawi Kuno menyambut saya di Sculpture Hall, di selasar utama. Patung dewa-dewi hingga karya-karya patung abad ke-20 disusun rapi berdasarkan urutan waktu sejarah.

Replika The Thinker karya Auguste Rodin di Chimei Museum

Replika The Thinker karya Auguste Rodin.

Saya berbelok ke sisi kanan untuk masuk ke galeri Natural History and Fossils. Suasana yang temaram membuat kesan eksotis saat koleksi hewan-hewan yang diawetkan dari seluruh dunia ini menyapa di kiri-kanan. Yang menjadi primadona di sini adalah beruang kutub putih dalam posisi berdiri, setinggi 2,4 meter. Namun museum ini juga menyimpan koleksi meteorit besi yang jatuh di Australia Barat tahun 1911, hingga fosil-fosil hewan dari era 250 juta tahun lalu.

Ruang selanjutnya di ujung belakang adalah Rodin Gallery, yang dikhususkan untuk menampilkan karya pematung terkenal Prancis, Auguste Rodin. Maskot di galeri ini adalah patung perunggu The Thinker setinggi hampir tiga meter, replika dari patung serupa di Musee Rodin, Paris. Karya Rodin yang lain adalah patung The Kiss, dan patung The Abandon yang mengisahkan ‘kasih tak sampai’ karya Camille Claudel, murid dan sekaligus pengagum Rodin.

O-yoroi dari Era Shogun

Galeri Arms and Armours Chimei Museum

Galeri Arms and Armours, mengingatkan saya pada film A Knight’s Tale.

Galeri ketiga di lantai satu adalah Arms and Armours. Meski sekilas tak ada hubungannya dengan ‘seni’ namun Wen mengumpulkannya karena dia beralasan bahwa senjata itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan peradaban manusia. Berbagai model helm prajurit Yunani dan Romawi seperti yang ada di film 300 atau Gladiator, ada di sini. Begitu juga baju zirah untuk kuda dan panglima perang Kekaisaran Mughal di India dari abad ke-17.

O-yoroi baju perang panglima samurai dibuat tahun 1725 di masa Shogun Tokugawa Yoshimune

O-yoroi baju perang panglima samurai dibuat tahun 1725 di masa Shogun Tokugawa Yoshimune.

Namun yang paling mencengangkan adalah berbagai koleksi pedang, senapan kuno, dan senjata-senjata laras panjang dari abad pertengahan. Justru saya bisa melihat sisi seni dari senapan-senapan ini dengan melihat bentuknya yang bermacam-macam. Klasik namun stylish.

Tak ketinggalan berbagai macam samurai, baik yang disarungkan maupun yang terhunus, serta O-yoroi. Ini adalah baju kebesaran panglima perang Jepang dari abad ke-10 hingga era shogun di abad ke-18. Menikmati satu-persatu koleksi O-yoroi di ruangan ini saja, saya tak henti berdecak. Betapa Wen ‘niat banget’ dalam mengumpulkan benda-benda ini.

Madonna, Stradivari, Paganini

Lantai kedua museum berisi dua galeri utama. Pertama Fine Arts, berisi berbagai gaya dan ukuran lukisan-lukisan Eropa dari abad pertengahan. Yang paling tua adalah lukisan Madonna and Child in the Glory dari tahun 1200, yang diperoleh dari Catalonia, Spanyol. Lalu lukisan Saint Martin and the Beggar dari tahun 1599, yang diperoleh dari Yunani.

Tak ketinggalan mahakarya Hans Makart, pelukis kenamaan Austria, yakni lukisan langit-langit Four Allegories of Music. Lukisan alfresco ini menceritakan empat kisah berbeda di setiap sisi, namun dengan fokus pada empat bayi malaikat di tengah lukisan.

Lukisan langit-langit Four Allegories of Music karya Hans Makart, Chimei Museum

Lukisan langit-langit Four Allegories of Music karya Hans Makart tahun 1871.

Standard

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *